Saat pintu dibuka, abang sangke air tidak akan naik tau 2x semue menderu bagai dikomando, ucap abang sepupu yang penulis simpulkan, udah itu .... air itu masuk tanpa bisa ditahan, akhirnya kami hanye duduk dikursi sambil meluruskan kaki melihat air memenuhi ruangan sampai pagi, semue habis basah yang kakak cube selamatkan surat-surat penting walau dalam keadaan terseok seok ucap istri abang sepupu menambahkan, udah puluhan tahun disini tak pernah banjir seperti ini, "kami juge ucap tetangga yang ade dirumah abang saat itu, ijazah diselamatkan dulu itupun udah rusak". Ditempat lain di kota bertuah dari berbagai sumber baik langsung maupun tidak, cerite hampir same merata sampailah saat lebaran diantara lucu, tekejut tak sangke separah itu air menderu hampir disetiap sudut kota pekanbaru banjir banjir banjir melanda, penulis tidak bisa bayangkan apa yang terjadi seandainya hujan mengguyur seharian astagfirullah... mungkin yang dibutuhkan hanya sampan, sedang kendaraan yang lain pinggir dulu besantai udah tenggelam, tegeletak.
Kini sambil menyambut hari yang fitri tgl 25 juni 2017, aktivitas bertambah bukan hanya menyapu sampah biasa tapi juga sampah luar biasa yang datang dari berbagai aliran plus lumpur harus disterilkan, belum lagi mencuci kain yang terkene banjir, kursi dan berbagai peralatan yang tidak bisa diselamatkan dikeluarkan agar kering. Baru sekali ini banjir seperti ini, biase tidak pernah ujar abang sepupu berulang ulang yang ditimpali oleh istrinya, yang sekarang semakin uzur begitu juge abang sepupu yang lain yang sudah tidak kenal hari, banyak tumbang kemaren saat mau ke mesjid sudah tegeletak, tensi naik untung ade tetangga yang nampak, " banyak penderitaan" ujar ongah (biase penulis memanggil) sambil menangis. Itulah perjalanan hidup, sudah lame juge penulis tidak berkunjung, berbagai aktivitas kadang2x tak tau hari sampai dirumah sudah penat, apelagi bulan puase ini cobaan sangat kuat seperti panas yang sangat menyengat dan tibe2x jumat 23 juni 2017 seluruh warga masyarakat bagai terpukau akan hadiah hari ulang tahun kota pekanbaru yang ke 233 dengan kucuran air hujan yang membasuh kota pekanbaru bagai sungai ditengah kota, patutlah saat penulis menanyekan sabun batang, petugas kedai tempat penulis belanje bertanye "rumah ibuk banjir" yang penulis jawab "Alhamdulillah tidak" rupenye gara2x banjir orang membeli peralatan membersihkan rumah, ini baru penulis simpulkan saat kerumah alm kanda amri dan abang sepupu ditangkerang, untunglah karpet belum dibentang, kalau tidak tak taulah ape jadinye.
Banyak hal positif sebetulnye bisa kite ambil dari kejadian tersebut. Betape Allah menegur kite dengan sedikit air agar kite sadar akan perilaku tidak bertanggung kite di bumi bertuah bumi melayu, seperti membuang sampah sembarangan, dalam pengamatan tidak terstruktur penulis, tidak perduli umur maupun status sosial seenaknya menyampakkan sampah dijalan, diparit dsbnya, pokoknya tangan dengan petah menjulur dari pintu kendaraan baik pribadi maupun tidak, pemandangan yang sama juga terjadi saat warga masyarakat mengendarai motor, baru-baru ini tepatnya 24 juni 2017 masih hitungan hari dari sungai ditengah kota tersebut, pemandangan yang sangat menyedihkan, memprihatinkan untuk kesekian kalinye berulang-ulang bertahun tahun walau dalam versi berbeda betapa seorang anak kecil yang sedang bersama orang dewasa (mungkin ayah dan ibunya) naik motor, dengan santai mencampakkan bekas minumannya ke jalan yang membuat si ibu menoleh sambil memandang sampah yang telah tegeletak dijalan, yang menyebabkan jalan menjadi kotor juga membahayakan lalu lintas kendaraan yang lalu lalang, dan cendrung sangat semraut (tulisan berikutnya dibahas tersendiri). Mari kita tanyakan pada diri masing2x penyebab semua itu, jangan lagi kita membenarkan perilaku salah dengan mengatas namakan mereka masih anak-anak, justru dari anak-anaklah kita mendidik ( malahan seharusnya menurut hemat penulis yang disimpulkan dari berbagai sumber, sejak dari kandungan sudah mulai didik), jangan sudah agak besar apelagi besar baru sibuk, sudah sangat-sangat sulit, seperti kate pepatah orang melayu yang masih terngiang ngiang ditelinge:
" dari kecik teranjak anjak
sudah besar terbawak bawak
sudah tue berubah tidak"
Ungkapan tersebut walau sudah berape generasi tetap relevan dalam setiap lini kehidupan, agar orang tue khususnye amanah akan titipan yang telah dipercayekan padenye yang pasti akan dipertanggung jawabkan dihadapan yang punye kehidupan Allah SWT, begitu juge pendidik lainnye yang tergabung dalam namanya masyarakat, sudahkah kita mencintai negeri ini seperti mencintai diri kita sendiri, walau kita datang dari berbagai tempat tapi sudahkah kita menjunjung tinggi segala adat resam tempat kite mencari kehidupan, terlahir, dan bisa hidup di bumi melayu, sudah kite menjagenye seperti kate pepatah " dimane bumi dipijak disitu langit dijunjung", yang mengisyaratkan makna terdalam bagi yang bisa dan mau berpikir sebelum yang punya pikiran dan isinya mengambil.
Mudah2xan tulisan ini dapat diambil faedahnya untuk keutuhan negeriku negeri melayu tercinta tempat kita ada dan berada, mohon maaf lahir dan bathin Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar