Minggu, 25 Desember 2016

Ruas dipenghujung tahun 2016: Anak Berkondisi Khusus: Sindrom Down


Pekanbaru, 12 Desember 2016
TBM ALC, Gunung Raya Pekanbaru
Ruas dipenghujung tahun 2016: Anak berkondisi khusus: Sindrom Down

Saat memantau dan memberi sedikit pengarahan dengan anggota TBM Asmida Learning Center (TBM ALC) yang sedang merapikan buku-buku,  penulis seperti biasanya membolak balik buku yang  ditumpuk untuk disusun kembali ke rak sesuai format yang telah direvisi, salah satu buku yang penulis raih adalah  buku “ensiklopedia perkembangan bayi” yang ditulis oleh Susan Laurent dan Peter Reader” diterjemahkan oleh “ Andrea Lucmann dan Inswasti Cahyani”, salah satu judul yang membuat penulis terpaku salah satunye tentang “anak berkondisi khusus”. Memang tidak banyak ulasan tentang kondisi tersebut, namun hal ini mengingatkan penulis akan beberapa anak yang berkondisi khusus tersebut ditengah masyarakat kita yang pernah penulis temui bertahun tahun lalu hingga saat ini baik tetangga dekat maupun jauh, dalam hal ini penulis tidak dalam kapasitas menyatakan penyebab sianak menjadi berkondisi khusus karena itu lebih tepat disampaikan  orang yang mempunyai kompetensi dibidang tersebut. Disini penulis hanya ingin mengingatkan pada orang tua khususnya untuk lebih menyayangi sianak dengan cara memberikan mereka pendidikan khusus (bukan perhatian yang sangat khusus, sehingga anak sangat ketergantungan pada orang tua),  sehingga anak mudah beradaptasi maupun bersosialisasi dengan kawan-kawan disekolah dengan bantuan tenaga pendidik di sekolah yang mempunyai kompetensi menangani anak yang berkondisi khusus, salah satunya anak yang mengalami  sindrom down. Adapun yang dimaksud dengan sydrown down seperti yang dikutip dari: http://www.alodokter.com/sindrom-down) adalah ” gangguan genetika yang menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu. Sindrom down tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan perhatian yang maksimal, anak-anak dengan sindrom down bisa tumbuh dengan bahagia. Selanjutnya dikatakan anak-anak dengan sindrom down membutuhkan bimbingan seperti anak normal lainnya atau bahkan lebih. Perkembangan mereka dalam berbagai aspek memerlukan waktu, dan mereka akan menjalaninya bertahap, sesuai dengan kemampuan mereka”. Tahapan pembelajaran inilah yang harus ditekankan orang tua pada anak yang lahir dengan kondisi tersebut,  salah satu tujuannya menurut hemat penulis, agar sianak dapat menolong dirinya sendiri seiring dengan perjalanan waktu seperti sudah bisa mandi maupun berpakaian sendiri, tau aturan lalu lintas saat melintas jalan, makan sudah tidak disuapi dan aturan lainnya dimasyarakat yang memang ada di kehidupan anak  begitu juga kebutuhan lainnya,  yang secara bertahap dan konsisten antara disekolah dengan dirumah harus ditaati orang tua sianak dengan perhatian penuh, dengan demikian ketergantungannya dengan orang terdekat khususnya orang tua bisa dikurangi, anak lumayan mampu mandiri walau tentunya kita tidak bisa terlalu berharap seperti anak secara umum, tapi kita bisa tersenyum saat mereka bukan anak-anak lagi atau mereka sudah ada ditengah masyarakat, mereka bahagia. Kita kadang lupa dan seakan akan selamanya kuat mendampingi anak, padahal dengan kondisi khusus sianak, hendaknya orang terdekat khususnya orang tua ayah dan ibu wajib waspada berpikir keras untuk sejak dini mengarahkan sianak akan peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang ada di masyarakat, sekali lagi ingat jangan sampai kasih sayang yang berlebihan atas nama kasihan menyebabkan kita tidak mampu berbuat yang seharusnya. Penulis ingat beberapa tahun silam, anak berkondisi khusus ini menjadi hal yang secara umum masih awan di mata masyarakat, penulis mengambil salah satu contoh anak tetangga disalah satu kabupaten di Provinsi Riau melihat kondisi anak yang makin lama makin berubah wajahnya dan orang tua sianak yang dari keluarga berkecukupan telah membawa sianak berobat kemana saja, namun berdasarkan pengamatan penulis sianak tidak berubah wajahnya makin lama makin nampak berbeda dan cendrung sama dengan wajah salah satu anak yang kakaknya kawan sepermainan penulis saat masih imut hehehe.... Kembali ke anak tetangga tadi penurunan bukan hanya pisik tapi juga mental, oh iya anak - anak ini telapak tangannya tegap bulat-bulat dan lunak, begitu juga lidahnya yang cendrung keluar. Waktu itu informasi tidak seperti sekarang apalagi keterbukaan orang tua terhadap kondisi anak hanya dari mulut kemulut dengan berbagai versi, walau penulis yang saat itu masih duduk dibangku sekolah menengah  melihat kemiripan wajah sianak dengan salah satu gambar di buku biologi yang penulis baca, tapi penulis saat itu tidak menyampaikan dengan keluarga sianak walau kami tetangga baik, yah ada tatanan yang tidak mampu diucapkan tapi penulis tetap mengajak sianak berbicara beberapa patah kata dan dia merespon walau dalam lunglai, hebatnya dia ingat nama penulis (jujur penulis sedih bila mengingatnya). Cerita disudut kota lainnya pernah terdengar  seorang anak tetangga yang berkondisi khusus, walau orang tua yang sudah berumur tidak menyatakan kondisi anaknya, namun saat penulis mendengar cerita dari kemenakan penulis saat siibu dan anaknya kerumah untuk mengukur baju yang akan dijahit, spontan penulis menyebutkan ciri-ciri anak tersebut yang dijawab oleh kemenakan penulis “iye-iye sambil mengangguk angguk, namun disisi lain siibu memasukkan sianak kesekolah khusus hal inilah yang membuat salut penulis dan harus dicontoh dengan begitu sianak mengerti akan berbagai hal salah satunya yang penulis saksikan saat menyeberang jalan, sianak berkondisi khusus ini mengucapkan kata-kata agar orang tuanya berhati-hati saat menyeberang jalan, dia juga mampu dengan gaya khasnya memberhentikan  oplet yang akan mereka tumpangi dimana saat itu lalu lintasnya lumayan ramai. Bagi yang masih ragu-ragu dengan ciri-ciri yang nampak pada anak dengan syndrom down berikut penulis sajikan seperti yang dikutip dari http: //halospot.com/penyakit/penyebab-down-syn drome, ciri-cirinya adalah: “ tinggi badan yang pendek, kepala kecil, hidung pesek, tulang tengkorak yang cendrung oval, bentukan rupa mirip orang mongolid, sehingga dikenal mongolisme.” Mudah-mudahan sedikit tulisan ini yang merupakan Ruas di penghujung tahun 2016 dapat menambah sedikit wawasan kita tentang anak berkondisi khusus sindrom down.

Sekianlah,
Pekanbaru, 25 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar